Feeds RSS
Feeds RSS

Selasa, 08 Februari 2011

Makalah Antropologi

DAFTAR  ISI


BAB  I – PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah................................................................... 2
1.2.  Perumusan Masalah........................................................................   2
1.3.  Tujuan Penulisan..............................................................................  2
BAB  II – PEMBAHASAN
         2.1. Difusi Kebudayaan
                  2.1.1. Pengertian Difusi ................................................................  3
                  2.1.2. Bentuk-bentuk Difusi.........................................................   4
                  2.1.3. Proses Difusi .......................................................................  5
                  2.1.4. Contoh-contoh Difusi .........................................................  6
         2.2. Akulturasi
                  2.2.1. Pengertian Akulturasi .......................................................    6
                  2.2.2. Masalah yang Timbul dalam Akulturasi .........................      7
                  2.2.3. Hal-hal Penting Mengenai Akulturasi..............................      8
                  2.2.4. Contoh-contoh Akulturasi ................................................    9
         2.3. Kontra Akulturasi                                                                                                               2.3.1. Pengertian Kontra Akulturasi...........................................                                                  
         2.4. Asimilasi
                  2.4.1. Pengertian Asimilasi ..........................................................   11
                  2.4.2. Golongan yang Mengalami Proses Asimilasi ..................      12
                  2.4.3. Faktor-faktor yang Menghambat Asimilasi ....................      12
                  2.4.4. Contoh-contoh Asimilasi ...................................................   12    
         2.5. Inovasi
                  2.5.1. Pengertian Inovasi...............................................................  16
         Laporan Persentasi Kelompok................................................................ 18
BAB  III – PENUTUP




BAB I
PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang masing-masing memiliki budaya yang berbeda-beda. Keberbedaan itulah yang menjadi ciri khas dan keunggulan Indonesia, Indonesia menjadi unik karena budayanya yang beragam. Keanekaragaman itu ditambah lagi dengan masuknya unsur-unsur budaya asing ke Indonesia. Masuknya budaya asing memperkaya warna kebudayaan Indonesia. Budaya asing itu sendiri masuk melalui 3 macam cara, yaitu difusi, akulturasi, dan asimilasi.

1.2.  Perumusan Masalah

Makalah ini akan menjelaskan mengenai konsep-konsep difusi kebudayaan, proses akulturasi,kontra akulturasi, dan asimilasi; serta memberikan beberapa contoh hasil-hasil difusi kebudayaan,proses akulturasi,kontra akulturasi, dan asimilasi dalam kebudayaan Indonesia.

1.3.  Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari mata kuliah Antropologi.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1.   DIFUSI

2.1.1.      Pengertian Difusi

Proses difusi (diffusion) adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh dunia. Difusi merupakan salah satu objek ilmu penelitian antropologi, terutama sub-ilmu antropologi diakronik.

Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, tetapi terutama sebagai proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain.

2.1.2.      Bentuk-bentuk Difusi

Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi karena dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain di dunia. Hal ini terutama terjadi pada jaman prehistori, puluhan ribu tahun yang lalu, saat manusia yang hidup berburu pindah dari suatu tempat ke tempat lain yang jauh sekali, saat itulah unsur kebudayaan yang mereka punya juga ikut berpindah.

Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak hanya terjadi ketika ada perpindahan dari suatu kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga dapat terjadi karena adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Individu-individu yang dimaksud adalah golongan pedagang,  pelaut, serta golongan para ahli agama.


Bentuk difusi yang lain lagi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi ketika individu-individu dari kelompok tertentu bertemu dengan individu-individu dari kelompok tetangga. Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok itu dapat berlangsung dengan 3 cara, yaitu :
  1. Hubungan symbiotic
Hubungan symbiotic adalah hubungan di mana bentuk dari kebudayaan itu masing-masing hampir tidak berubah. Contohnya adalah di daerah pedalaman negara Kongo, Togo, dan Kamerun di Afrika Tengah dan Barat; ketika berlangsung kegiatan barter hasil berburu dan hasil hutan antara suku Afrika dan suku Negrito. Pada waktu itu, hubungan mereka terbatas hanya pada barter barang-barang itu saja, kebudayaan masing-masing suku tidak berubah.
  1. Penetration pacifique (pemasukan secara damai)
Salah satu bentuk penetration pacifique adalah hubungan perdagangan. Hubungan perdagangan ini mempunyai akibat yang lebih jauh dibanding hubungan symbiotic. Unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa oleh pedagang masuk ke kebudayaan penemrima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan. Sebenarnya, pemasukan unsur-unsur asing oleh para penyiar agama itu juga dilakukan secara damai, tetapi hal itu dilakukan dengan sengaja, dan kadang-kadang dengan paksa.
  1. Penetration violante (pemasukan secara kekerasan/tidak damai)
Pemasukan secara tidak damai ini terjadi pada hubungan yang disebabkan karena peperangan atau penaklukan. Penaklukan merupakan titik awal dari proses masuknya kebudayaan asing ke suatu tempat. Proses selanjutnya adalah penjajahan, di sinilah proses pemasukan unsur kebudayaan asing mulai berjalan.






Ada juga difusi yang disebut stimulus diffusion. Stimulus diffusion adalah proses difusi yang terjadi melalui suatu rangkaian pertemuan antara suatu deret suku-suku bangsa. Konsep stimulus diffusion juga kadang dipergunakan ketika ada suatu unsur kebudayaan yang dibawa ke dalam kebudayaan lain, di mana unsur itu mendorong (menstimulasi) terjadinya unsur-unsur kebudayaan yang dianggap sebagai kebudayaan yang baru oleh warga penerima, walaupun gagasan awalnya berasal dari kebudayaan asing tersebut.

2.1.3.      Proses difusi

Proses difusi terbagi dua macam, yaitu:
a.       Difusi langsung, jika unsur-unsur kebudayaan tersebut langsung menyebar dari suatu lingkup kebudayaan pemberi ke lingkup kebudayaan penerima.
b.      Difusi tak langsung terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah dan berkembang dulu di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup kebudayaan penerima.

Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu bentuk difusi berangkai, jika unsur-unsur kebudayaan yang telah diterima oleh suatu lingkup kebudayaan kemudian menyebar lagi pada lingkup-lingkup kebudayaan lainnya secara berkesinambungan.

2.1.4.      Contoh-contoh difusi

Contoh difusi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia adalah berbagai kata yang ada dalam Bahasa Indonesia. Tanpa kita sadari, Bahasa Indonesia sendiri merupakan contoh hasil dari proses difusi yang terjadi dalam masyarakat. Berbagai kata dalam Bahasa Indonesia merupakan hasil serapan dari bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah, seperti Bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain.



Berbagai kontak budaya yang terjadi dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya difusi dalam struktur Bahasa Indonesia. Proses difusi yang menyebabkan munculnya kosakata baru dalam Bahasa Indonesia terbagi dalam 2 proses, yaitu :
  1. Difusi ekstern yaitu penyerapan kosakata asing oleh Bahasa Indonesia yang mengubah Bahasa Indonesia ke arah yang lebih modern. Dampak dari difusi ekstern ini terlihat dari kreativitas orang-orang Indonesia, yang memadukan berbagai unsur bahasa asing sehingga menjelma menjadi bentuk kata-kata baru, seperti : gerilyawan, ilmuwan, sejarawan, Pancasilais, agamis, dan lain-lain.
  2. Difusi intern yaitu timbulnya hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa (seperti masuknya kata lugas, busana, pangan dll) atau dengan bahasa Sunda (kata-kata nyeri, pakan, tahap, langka) mengenai penyerapan kosakata.




















2.2.      AKULTURASI

2.2.1.      Pengertian Akulturasi

Akulturasi (acculturation atau culture contact) adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Secara singkat, akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.
2.2.2.      Masalah yang Timbul dalam Akulturasi

Dalam meneliti akulturasi, ada lima golongan masalah mengenai akulturasi, yaitu :
  1. masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat;
  2. masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima, dan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima;
  3. masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan unsur-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing;
  4. masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing;
  5. masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai akibat akulturasi.


2.2.3.      Hal-hal Penting Mengenai Akulturasi

Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan oleh para peneliti yang akan meneliti akulturasi adalah :
1.                  Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan;
Bahan mengenai keadaan masyarakat penerima sebenarnya merupakan bahan tentang sejarah dari masyarakat yang bersangkutan.  Apabila ada sumber-sumber tertulis, maka bahan itu dapat dikumpulkan dengan menggunakan metode yang biasa dipakai oleh para ahli sejarah.  Bila sumber tertulis tidak ada, peneliti harus mengumpulkan bahan tentang keadaan masyarakat penerima yang kembali sejauh mungkin dalam ruang waktu, misalnya dengan proses wawancara.  Dengan demikian, seorang peneliti dapat mengetahui keadaan kebudayaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan.  Saat inilah yang disebut “titik permulaan dari proses akulturasi” atau base line of acculturation.
2.                  Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing;
Individu-individu ini disebut juga agents of acculturation.  Pekerjaan dan latar belakang dari agents of acculturation inilah yang akan menentukan corak kebudayaan dan unsur-unsur apa saja yang akan masuk ke dalam suatu daerah.  Hal ini terjadi karena dalam suatu masyarakat, apalagi jika masyarakat itu adalah masyarakat yang luas dan kompleks, warga hanya mengetahui sebagian kecil dari kebudayaannya saja, biasanya yang berkaitan dengan profesi dan latar belakang warga tersebut.






3.                  Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima;
Hal ini penting untuk mengetahui gambaran yang jelas dari suatu proses akulturasi.  Contohnya adalah apabila kita ingin mengetahui proses yang harus dilalui oleh kebudayaan pusat untuk masuk ke dalam kebudayaan daerah, maka saluran-salurannya adalah melalui sistem propaganda dari partai-partai politik, pendidikan sekolah, garis hirarki pegawai pemerintah, dan lain-lain.
4.                  Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tadi;
Kadang, unsur-unsur kebudayaan asing yang diterima tiap golongan-golongan dalam masyarakat berbeda-beda.  Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagian-bagian mana dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tersebut.
5.                  Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing,
Terbagi menjadi 2 reaksi umum, yaitu reaksi “kolot” dan reaksi “progresif”.  Reaksi “kolot” adalah reaksi menolak unsur-unsur kebudayaan asing, yang pada akhirnya akan menyebabkan pengunduran diri pihaknya dari kenyataan kehidupan masyarakat, kembali ke kehidupan mereka yang sudah kuno.  Reaksi “progresif” adalah reaksi yang berlawanan dengan”kolot”, reaksi yang menerima unsur-unsur kebudayaan asing.










2.2.4.      Contoh-contoh Akulturasi

  1. Kereta Singo Barong (Cirebon)
Kereta Singa Barong, yang dibuat pada tahun 1549, merupakan refleksi dari persahabatan Cirebon dengan bangsa-bangsa lain. Wajah kereta ini merupakan perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu, gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burak. Belalai gajah merupakan persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.
Kereta ini dibuat oleh seorang arsitek kereta Panembahan Losari dan pemahatnya Ki Notoguna dari Kaliwulu. Pahatan pada kereta itu memang detail dan rumit. Mencirikan budaya khas tiga negara sahabat itu, pahatan wadasan dan megamendung mencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang merah-hijau mencitrakan khas Cina. Dalam kereta itu, tiga budaya (Buddha, Hindu, dan Islam) digambarkan menjadi satu dalam trisula di belalai gajah.




2.      Keraton Kasepuhan Cirebon
Bangunan arsitektur dan interior Keraton Kasepuhan menggambarkan berbagai macam pengaruh, mulai dari gaya Eropa, Cina, Arab, maupun budaya lokal yang sudah ada sebelumnya, yaitu Hindu dan Jawa. Semua elemen atau unsur budaya di atas melebur pada bangunan Keraton Kasepuhan tersebut.
Pengaruh Eropa tampak pada tiang-tiang bergaya Yunani. Arsitektur gaya Eropa lainnya berupa lengkungan ambang pintu berbentuk setengah lingkaran yang terdapat pada bangunan Lawang Sanga (pintu sembilan). Pengaruh gaya Eropa lainnya adalah pilaster pada dinding-dinding bangunan, yang membuat dindingnya lebih menarik tidak datar. Gaya bangunan Eropa juga terlihat jelas pada bentuk pintu dan jendela pada bangunan bangsal Pringgondani, berukuran lebar dan tinggi serta penggunaan jalusi sebagai ventilasi udara.

Bangsal Prabayasa berfungsi sebagai tempat menerima tamu-tamu agung. Bangunan tersebut ditopang oleh tiang saka dari kayu. Tiang saka tersebut diberi hiasan motif tumpal yang berasal dari Jawa.
Pengaruh arsitektur Hindu-Jawa yang jelas menonjol adalah bangunan Siti Hinggil yang terletak di bagian paling depan kompleks keraton. Seluruh bangunannya terbuat dari konstruksi batu bata seperti lazimnya bangunan candi Hindu. Kesan bangunan gaya Hindu terlihat kuat terutama pada pintu masuk menuju kompleks tersebut, yaitu berupa gapura berukuran sama atau simetris antara bagian sisi kiri dan kanan seolah dibelah.
Pada dinding kiri dan kanan bangsal Agung diberi hiasan tempelan porselen dari Belanda berukuran kecil 110 x 10 cm berwarna biru (blauwe delft) dan berwarna merah kecoklatan. Pada bagian tengahnya diberi tempelan piring porselen Cina berwarna biru. Lukisan pada piring tersebut melukiskan seni lukis Cina dengan teknik perspektif yang bertingkat.
Secara keseluruhan, warna keraton tersebut didominasi warna hijau yang identik dengan simbol Islami. Warna emas yang digunakan pada beberapa ornamen melambangkan kemewahan dan keagungan dan warna merah melambangkan kehidupan ataupun surgawi. Bangunan Keraton Kasepuhan menyiratkan perpaduan antara aspek fungsional dan simbolis maupun budaya lokal dan luar. Mencerminkan kemajemukan gaya maupun kekayaan budaya bangsa Indonesia.
3.      Barongsai
Kesenian Barongsai, yang awalnya berasal dari Kebudayaan Tionghoa, kini telah berakulturasi dengan kesenian lokal.

Kesenian Barongsai



2.3.   KONTRA AKULTURASI
2.3.1    Pengertian Kontra Asimilasi     
Menurut Koentjaraningrat,dalam suatu masyarakat yang sedang terkena proses akulturasi dan berada dalam transisi dari kebudayaan nasional ke kebudayaan masa kini,berikut segala ketegangan, konflik, dan kekacauan social-nya, tentu banyak individu atau golongan sosial yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan krisis seperti itu.Mereka adalah orang-orang yang tidak tahan hidup dalam suasana tegang terus-menerus, namun juga tidak suka kepada pembaruan; mereka itu adalah orang-orang “kolot”.
Golongan “kolot” dalam masyarakat yang sedang mengalami transisi yang cukup kuat, mampu menyusun kekuatan untuk menentang unsure-unsur baru dan menghetikan proses akulturasi untuk sementara waktu. Sebaliknya bila golongan ini tidak kuat menghadapi proses akulturasi yang sudah sedemikian jauh, maka seringkali mereka berusaha untuk menghindarinya. Merka akan mencari kepuasan batin seakan-akan menarik diri dari kehidupan masyarakat nyata, dan bersembunyi dalam dunia kebatinan mereka, dimana mereka dapat memimpikan jaman kebahagiaan masa lampau.Fenomena ini adalah awal dari gerakan kebatinan kontra-akulturasi, suatu gejala masyarakat yang timbul dalam jaman transisi kebudayaan untuk menentang proses akulturasi.







2.4.    ASIMILASI

2.4.1.   Pengertian Asimilasi

Asimilasi atau assimilation adalah proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakangan kebudayaan yang berbeda-beda yang saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan unsur-unsurnya masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.

Secara singkat, asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru.

   2.4.2.   Golongan yang Mengalami Proses Asimilasi

Golongan yang biasanya mengalami proses asimilasi adalah golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini, kebudayaan minoritaslah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya, dengan tujuan menyesuaikan diri dengan kebudayaan mayoritas; sehingga lambat laun kebudayaan minoritas tersebut kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.











   2.4.3    Faktor-faktor yang Menghambat Terjadinya Asimilasi

Asimilasi ini umumnya dapat terjadi apabila ada rasa toleransi dan simpati dari individu-individu dalam suatu kebudayaan kepada kebudayaan lain.

Sikap toleransi dan simpati pada kebudayaan ini dapat terhalang oleh beberapa faktor, yaitu :
  1. Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi
  2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain
  3. Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain.

      2.4.4   Contoh-contoh asimilasi

Salah satu contoh proses asimilasi adalah program transmigrasi yang dilaksanakan di Riau pada masa pemerintahan Orde Baru. Program transmigrasi ini tidak hanya berhasil meratakan jumlah penduduk di berbagai pulau di Indonesia, tetapi program transmigrasi ini juga mengakibatkan terjadinya asimilasi, terutama di wilayah Riau. Hal ini terlihat dari banyaknya transmigran yang menghasilkan budaya baru, misalnya Jawa-Melayu, Mandailing-Melayu, dan lain sebagainya.













2.5.   INOVASI
       2.5.1   Pengertian Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal, serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Dengan demikian inovasi adalah pembaruan unsur teknologi dan ekonomi dari kebudayaan
Selanjutnya dikatakan oleh Kontjaraningrat, bahwa suatu proses inovasi tertentu berkaitan  dengan penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang bertahap dari discovery (penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik suatu alat atau gagasan baru dari seorang atau sejumlah individu) menuju invention.Discovery baru dapat menjadi invevtion apabila suatu penemuan baru telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh suatu masyarakat.
Proses berlangsungnya tahap discovery sampai pada tahap invention menurut Koentjaraningrat seringkali berlangsung lama, dan kadang-kadang tidak hanya menyangkut satu individu yang terdiri dari beberapa pencipta.












BAB III
PENUTUP

            Kesimpulan

            Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku bangsa, memiliki warisan budaya yang sangat kaya. Berbagai macam tradisi dan adat-istiadat yang dimiliki Indonesia seperti menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Indonesia menjadi kaya karena budayanya. Kekayaan budaya itu ditambah lagi dengan masuknya berbagai unsur kebudayaan asing ke dalam Indonesia melalui proses difusi, akulturasi, dan asimilasi. Difusi kebudayaan  adalah proses persebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain. Difusi dapat terjadi dalam dua proses, proses langsung dan tak langsung. Akulturasi adalah bergabungnya dua kebudayaan atau lebih sehingga menciptakan suatu kebudayaan baru, tanpa menghilangkan kepribadian dari kebudayaan asli.Walaupun terkadang akulturasi juga menimbulkan kontra. Sedangkan asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga menghasilkan suatu kebudayaan baru, yang berbeda dengan kebudayaan aslinya. Asimilasi ini biasa terjadi pada golongan minoritas dan golongan mayoritas pada suatu tempat.
Inovasi adah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam,energi,dan modal,serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru,sehingga terbentuk suatu system produksi dari produk-produk baru.Dengan demikian inovasi adalah pembaruan unsur teknologi dan ekonomi dari kebudayaan






LAPORAN PERSENTASI KELOMPOK 5

            Persentasi dilakukan pada hari Rabu,13 Januari 2010,diruanag 402 Kampus D Universitas Bina Darma Palembang.
Persentasi berjalan lancar, peserta tampak antusias mengikuti jalannya persentasi.
Berikut beberapa pertanyaan dari peserta kepada kelompok kami.


 Ady Badai ( 09191004)
Selain faktor –faktor Asimilasi yang sudah di jelaskan tadi,apakah ada lagi faktor-faktor Asimilasi? Berikan contoh dari faktor yang memudahkan masuknya asimilasi!
Kami Jawab : Asimilasi juga bisa masuk jika mereka saling menghormati,saling menerima kebudayaan lain.
Contoh dari Faktor toleransi : Jika dalam satu kebudayaan menerima kebudayaan yang lain,bisa terjadi jika mereka kelompok yang minoritas.
Contoh dari Faktor adanya kemungkinan yang sama dalam bidang ekonomi : Para pedagang terdahulu bisa dengan mudah masuk dengan kebudayaan manusia.
Contoh dari Faktor adanya simpati terhadap kebudayaan yang lain : Jika adanaya saling menghargai kebudayaan lain.
Contoh dari Faktor perkawinan campuran : Jika individu menikah dengan suku lain,mau tidak mau harus menerima kebudayaan pasangannya.


 Jatulas Jaka Permana ( 06191080)
Tolong berikan contoh inovasi kebudayaan yang terjadi sekarang!
Kami Jawab : Bisa dilihat dari cara makan sekarang yang sudah mulai modern.



 Cindy Rindu Rivani ( 09191031 )
Apa yang dimaksud dengan Discovery  menuju Inovation ?
Kami Jawab :
penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang bertahap dari discovery (penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik suatu alat atau gagasan baru dari seorang atau sejumlah individu)

 Stefanus Yoachim Supit ( 09191017 )
Tolong berikan contoh dari akulturasi 3 kebudayaan !
Kami Jawab :

  1. Kereta Singo Barong (Cirebon)
Kereta Singa Barong, yang dibuat pada tahun 1549, merupakan refleksi dari persahabatan Cirebon dengan bangsa-bangsa lain. Wajah kereta ini merupakan perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu, gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burak. Belalai gajah merupakan persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.
Kereta ini dibuat oleh seorang arsitek kereta Panembahan Losari dan pemahatnya Ki Notoguna dari Kaliwulu. Pahatan pada kereta itu memang detail dan rumit. Mencirikan budaya khas tiga negara sahabat itu, pahatan wadasan dan megamendung mencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang merah-hijau mencitrakan khas Cina. Dalam kereta itu, tiga budaya (Buddha, Hindu, dan Islam) digambarkan menjadi satu dalam trisula di belalai gajah.

 Aji Supeno Bagus Syam (09191001)
Apakah jika kebudayaan yang baru dimasuki kebudayaan yang lama juga disebut kontra akulturasi?
Kami Jawab : Tidak,karena kontra akulturasi adalah keadaan yang tidak dapat dimasuki budaya modern,selain itu bukan kontra akulturasi.
 Dita Iryani ( 09191025 )
Apa bedanya Difusi Intramasyarakat dengan Difusi Intermasyarakat?
Kami Jawab : Kalau Intramasyarakat hanya batas induvidu,sedangkan Intermasyarakat adalah dari masyarakat satu ke masyarakat lain.













DAFTAR PUSTAKA


Harianto, Jimmy S. ”Keraton Kasepuhan dan Pergaulan Antarbangsa.” http://images.google.co.id /imgres?imgurl=http://www.kompas.com/kompas-cetak/0104/12/daerah/1104h27.jpg&imgrefurl=http://www.kompas.com/kom-pascetak/0104/12/daerah/kera27.htm&h=361&w=248&sz=20&hl=id&start=1&um=1&tbnid=WVVh_lQhe44UBM:&tbnh=121&tbnw=83&prev=/images%3Fq%3Dkeraton%2Bkasepuhan%2Bcirebon%26svnum%3D10%26um%3D1%26hl%3Did. (diakses pada 27 Desember 2009 , pukul 16.43 WIB).
Iskar, Soehenda. ”Aspek-aspek Budaya dalam Komunikasi Bahasa.” http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0505/07/khazanah/lainnya04.htm (diakses pada 27 Desember  2009, pukul 20.00 WIB).
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009.
Munandar, Agus Aris. ”Dinamika Kebudayaan Indonesia – Suatu Tinjauan Ringkas.” http://www.geocities.com/liacybercampus/lingua1  (diakses pada 28 Desember 2009, pukul 11.43 WIB).
Tanpa nama. ”Budaya.” http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya  (diakses pada 28 Desember 2009,pada pukul 12.11 WIB).
Tanpa nama. ”Riau yang Kehilangan Integritas.” http://www.bangrusli.net/index. php?option=com_content&task=view&id=497&Itemid=38 (diakses pada 28 Desember 2009,pada pukul 13.00 WIB).


0 komentar:

Posting Komentar